Selasa, 17 Juli 2018

ARTIKEL PENULISAN ILMIAH


HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR DENGAN
METODE KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN

Ramadhani Eka Putri1, Dwi Suciyanda Putri2, Afristi Meritha3

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi, Kampus Pondok Meja 36361, Jalan Tribrata Pal 11 Kecamatan Mestong, Muaro Jambi, Jambi, Indonesia


ABSTRAK
Peningkatan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya perbaikan mutu pelayanan kesehatan yang diperlukan sebagai alat penekanan terhadap jumlah penduduk dengan menggalakan penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia. Jurnal ini membahas hubungan antara pengetahuan wanita usia subur dengan metode kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan wanita usia subur dengan metode kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan metode cross-sectional, melibatkan 45.607 sampel Wanita Usia Subur (WUS) usia 15-49 tahun. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan  kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pada penelitian ini menggunakan cross-tabulasi table dan uji chi-square dengan alat bantu komputer yang digunakan untuk melihat hubungan dua variabel dengan tingkat kemaknaan 0,05. Pengelolaan data dan analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS Windows Versi 22.0. Variabel independen penelitian ini adalah tingkat pengetahuan sedangkan variabel dependennya yaitu metode kontrasepsi yang digunakan. Responden cenderung menggunakan alat kontrasepsi jenis hormonal (37,5%) daripada alat kontrasepsi jenis non hormonal (6,8%). Hasil analisis hubungan antara pengetahuan responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan menggunakan uji statistic chi-square yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden memiiki p value 0,0001, yang artinya ada hubungan antara pengetahuan responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan oleh Wanita Usia Subur di Indonesia.

Kata kunci : Pengetahuan, Metode Kontrasepsi, Hormonal





PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang dengan jumlah penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 Km2 dan kepadatan penduduk sebesar 131,76 jiwa/ Km2 (Depkes RI, 2014). Program keluarga berencana di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1957, namun masih menjadi urusan kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan. Sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program keluarga berencana selanjutnya digunakan sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Adapun masalah yang ada di Indonesia yaitu laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi. Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakan program Keluarga Berencana (KB) (Badan Pusat Statistik, 2013). Undang – undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Undang-undang ini mendukung program keluarga berencana sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam program keluarga berencana dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan tren prevalensi penggunaan kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991 – 2012 cenderung meningkat, sementara tren angka fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR) cenderung menurun. Tren ini menggambarkan bahwa meningkatnya cakupan wanita usia 15 – 49 tahun yang melakukan Keluarga Berencana (KB) sejalan dengan menurunnya angka fertilitas nasional. Bia dibandingkan dengan target RPJMN 2014, CPR telah melampaui target (60,1%) dengan capaian 61,9%, namun TFR belum mencapai target (2,36) dengan angka tahun 2012 sebesar 2,6.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia 15 – 49 tahun dengan status kawin sebesar 59,3% menggunakan metode keluarga berencana modern (implant, metode operatif wanita, metode operatif pria, intra uterine device, kondom, suntikan, pil), 0,4%  menggunakan metode keluarga berencana tradisional (menyusui/ MAL, pantang berkala/ kalender, senggama terputus, lainnya), 24,7% pernah melakukan Keluarga Berencana (KB), dan 15,5% tidak pernah melakukan Keluarga Berencana (KB).
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukan 25.925 jiwa (56,8%) tidak menggunakan alat kontrasepsi, 16.673 jiwa (36,6%) menggunakan alat kontrasepsi jenis hormonal, 3.009 jiwa (6,6%) menggunakan alat kontrasepsi non hormonal. Adapun alat kontrasepsi jenis hormonal yaitu pil, suntik, implant, injeksi, dan metode modern lainnya sedangkan alat kontrasepsi non hormonal yaitu Intra Uterine Device (IUD), tubektomi, vaksektomi, diafragma, metode laktasi, busa/ jeli, kondom, senggama terputus dan metode tradisional lainnya.  Berdasarkan data tersebut menunjukan bahwa Wanita Usia Subur (WUS) usia 15 – 49 tahun angka tertinggi pada tidak menggunakan alat kontrasepsi sehingga dapat menimbulkan risiko peningkatan laju pertumbuhan penduduk relatif tinggi.
Permasalahan penggunaan alat kontrasepsi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu permasalahan karakteristik (umur, tempat tinggal, dan pendidikan) dan faktor penentu lainnya (sosial-ekonomi, paparan media dan pengetahuan). Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan terhadap metode kontrasepsi yang digunakan di Indonesia.

METODE
Sampel penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun. Sampel penelitian yang digunakan adalah sebanyak  45.607 orang. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Desain penelitian observasional analitik dengan metode cross-sectional. Materi alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Data yang dikumpulkan yaitu data karakteristik responden dan data mengenai faktor - faktor yang berhubungan dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan pada wanita usia subur 15-49 tahun. Data karakteristik responden meliputi umur, tempat tinggal dan pendidikan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan adalah sosial-ekonomi, tingkat pengetahuan, dan paparan media. Data disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari variabel penelitian yang berupa karakteristik responden, terikat dan bebas. Pada penelitian ini menggunakan cross-tabulasi table dan uji chi-square dengan alat bantu komputer yang digunakan untuk melihat hubungan dua variabel dengan tingkat kemaknaan 0,05. Pengelolaan data dan analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS Windows Versi 22.0.
Analisis menggunakan metode univariate dan bivariate. Analisis univariate dilakukan untuk mendeskripsikan setiap variabel yang digunakan dalam penelitian. Analisis bivariate dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan pemakaian alat kontrasepsi dengan jenis alat kontrasepsi digunaan di Indonesia.
Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden. Umur adalah lama waktu hidup responden yang dihitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir. Dalam penelitian umur dibedakan menjadi dua yakni umur 20-35 tahun dan >35 tahun. Menurut hartanto (2013, umur 20-35 tahun merupakan periode umur untuk menjarangkan kehamilan sedangkan umur >35 tahun merupakan periode sebaiknya untuk mengakhiri kesuburan. Metode kontrasepsi dibedakan menjadi dua yakni metode hormonal (piil, suntik, dan implant, injeksi, dan metode modern lainnya) serta metode non hormonal (iud), tubektomi, vasektomi, diafragma, pantang berkala, metode laktasi, busa atau jeli, kondom, senggama terputus, dan metode tradisional lainnya).

HASIL
Responden dalam penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) yang memilih metode kontrasepsi dan pengetahuan pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia. Setelah dilakukan analisis data sekunder, didapatkan responden  sebanyak 45.607 yang terdiri dari responden yang tidak menggunakan kontrasepsi, menggunakan kontrasepsi Hormonal dan kontrasepsi Non Hormonal.

Gambaran Karakteristik Responden
Table 1. Distribusi karakteristik responden WUS di Indonesia
Variabel
Frekuensi
Persentase (%)
Umur

Dewasa Muda
( < 20 Tahun )
8545
18,7
Reproduktif
(20 - 35 Tahun )
20714
45,4
Risiko Tinggi
( > 35 Tahun )
16348
35,8
Pendidikan

Tidak Sekolah
1622
3,6
SD
13732
30,1
SMP
23759
52,1
SMA
6494
14,2
Tempat Tinggal
Pedesaan
22709
49,8
Perkotaan
22898
50,2

Berdasarkan hasil penelitian dari 45.607 responden sebagian besar dengan kategori reproduktif berumur 20-35 Tahun yaitu sebanyak 20.714 (45,4%). Rata-rata umur keseluruhan responden adalah 31,04 tahun, dengan umur paling rendah adalah 15 tahun dan umur tertinggi adalah 49 tahun.
Kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan didaerah tersebut, jika tingkat pendidikan didaerah tersebut tinggi maka daerah tersebut termasuk daerah maju. Derajat kesehatan juga dapat dilihat melalui tingkat pendidikan seseorang. Indikator yang mempengaruhi kualitas pendidikan seseorang yaitu dari pendidikan yang telah ditamatkan. Tingkat pendidikan responden terdiri dari SD, SMP, SMA. Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa responden terbanyak berpendidikan terakhir SMP 23.759 (52,1%). Pendidikan terakhir SMP tergolong pendidikan rendah, sehingga responden belum mampu menerima informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Tempat tinggal responden dikelompokan menjadi pedesaan dan perkotaan. Pada tabel 1 menunjukan bahwa responden terbanyak yakni tinggal di perkotaan 22.898 (50,2%). Sedangkan responden yang tinggal di pedesaan 22.709 (49,8%).

Gambaran Metode dan Faktor Pemilihan Kontrasepsi
Tabel 2. Distribusi Metode dan faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis alat kontrasepsi di Indonesia
Variabel
Frekuensi
Persentase (%)
Metode
Tidak menggunakan
25925
56,8
Hormonal
16673
36,6
Non Hormonal
3009
6,6
Pengetahuan
Tidak Tahu Metode
1189
2,6
Hanya Tahu Metode Folkloric
25
0,1
Hanya Tahu Metode Tradisional
23
0,1
Hanya Tahu Metode Modern
44370
97,3
Jenis Alat Kontrasepsi
Tidak menggunakan
25925
56,8
Piil
4487
9,8
IUD
1276
2,8
Injeksi
9671
21,2
Kondom
531
1,2
Tubektomi
946
2,1
Vasektomi
39
0,1
Pantang berkala
507
1,1
Senggama Terputus
802
1,8
Metode Tradisional lainnya
167
0,4
Implan
1236
2,7
Metode Laktasi
17
0,0
Metode Modern lainnya
3
0,0
Paparan Media
Tidak Terpapar
1697
3,7
Terpapar
43910
96,3
Sosial Ekonomi
Sosial Ekonomi Baik
25055
54,9
Sosial Ekonomi Kurang Baik
20552
45,1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa responden terbanyak tidak mengunakan kontrasepsi 25.925 (56,8%). Metode kontrasepsi yang terbanyak digunakan yaitu metode kontrasepsi hormonal 16673 (36,6%).
Jenis alat kontrasepsi dengan jenis kontrasepsi terbanyak digunakan pada metode hormonal yaitu Injeksi 9.671 (21,2%) sedangkan yang terendah metode non hormonal yaitu metode modern lainya 3 (0,0%).
Pada kategori tingkat pengetahuan responden terbanyak hanya tahu metode modern 44370 (97,3%) sedangkan terendah yaitu pengetahuan metode tradisional 23 (0,1%).
Paparan media akan memberikan pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Paparan media dapat melalui majalan/Koran, radio, televisi (TV). Berdasarkan hasil penelitian paparan media menunjukan bahwa responden terbanyak dengan kategori terpapar informasi 43.910 (96,3%). Sedangkan yang tidak terpapar media informasi 1697 (3,7%).
Sosial-ekonomi responden terbanyak pada kategori sosial-ekonomi baik 25.055 (54,9%) dan sosial-ekonomi kurang baik 20552 (45,1%), berati sosial-ekonomi responden rata – rata tergolong baik.



Tabel 3. Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Responden dengan Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Tingkat Pendidikan
Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Total
Tidak Menggunakan
Hormonal
Non Hormonal
n
%
n
%
n
%
n
%
Rendah
21474
54,9
15313
39,2
2326
5,9
39,113
100
Tinggi
4451
68,5
1360
20,9
683
10,5
6494
100





Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil tabulasi silang antara tingkat pendidikan responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah tidak menggunakan alat kontrasepsi, yaitu sebesar 21.474 responden (54,9%), sedangkan responden pada tingkat pendidikan rendah cenderung menggunakan metode kontrasepsi hormonal 15.313 responden (39,2%).



Tabel 4. Tabulasi Silang Antara Umur Responden dengan Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Umur
Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Total
Tidak Menggunakan
Hormonal
Non Hormonal
n
%
n
%
n
%
n
%
Dewasa Muda
7826
91,6
700
8,2
19
0,2
9545
100
Reproduktif
10276
49,6
9419
45,5
1019
4,9
20714
100
Risiko Tinggi
7823
47,9
6554
40,1
1971
12,1
16,348
100



Berdasarkan tabel 4 diatas, didapatkan hasil tabulasi silang antara umur responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan menunjukkan bahwa umur responden yang termasuk pada kategori reproduktif lebih banyak tidak menggunakan alat kontrasepsi, yaitu sebesar 10.276 responden (49,6%), sedangkan responden umur reproduktif cenderung menggunakan metode kontrasepsi hormonal 9419 responden (45,5%).



Tabel 5. Tabulasi Silang Antara Sosial Ekonomi Responden dengan Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Sosial Ekonomi
Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Total
Tidak Menggunakan
Hormonal
Non Hormonal
n
%
n
%
n
%
n
%
Baik
14387
57,4
8745
34,9
1923
7,7
25,055
100
Kurang Baik
11538
56,1
7928
38,6
1086
5,3
20552
100














Berdasarkan tabel 5 didapatkan hasil tabulasi silang antara sosial ekonomi responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan menunjukkan bahwa responden yang memiliki sosial ekonomi baik lebih cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi sebesar 14.387 responden (57,4%), sedangkan sosial-ekonomi baik cenderung menggunakan metode hormonal 8745 responden (34,9%).



Tabel 6. Tabulasi Silang Antara Paparan Media dengan Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Paparan Media
Metode  Kontrasepsi yang Digunakan
Total
Tidak Menggunakan
Hormonal
Non Hormonal
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak Terpapar
1175
69,2
463
27,3
59
3,5
1697
100
Paparan
24750
56,4
16210
36,9
2950
6,7
43,910
100



Berdasarkan tabel 6, didapatkan hasil tabulasi silang antara paparan media dengan metode kontrasepsi yang digunakan menunjukkan bahwa responden yang terpapar oleh media cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi sebesar 24.750 responden (56,4%), sedangkan paparan media cenderung menggunakan metode kontrasepsi hormonal 16210 responden (36,9%).



Tabel 7. Tabulasi Silang Antara Karakteristik Tempat Tinggal Responden dengan Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Tempat Tinggal Responden
Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Total
Tidak Menggunakan
Hormonal
Non Hormonal
n
%
n
%
n
%
n
%
Pedesaan
12215
53,8
9434
41,5
1060
4,7
22,709
100
Perkotaan
13710
59,9
7239
31,6
1949
8,5
22,898
100



Berdasarkan tabel 7 diatas, didapatkan hasil tabulasi silang antara karakteristik tempat tinggal responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan menunjukkan bahwa responden yang tinggal di perkotaan lebih cenderung tidak menggunakan alat kontrasepsi, yaitu sebesar 13.710 responden (59,9%). Responden yang tinggal di perkotaan cenderung menggunakan metode kontrasepsi hormonal 7239 responden (31,6%) sedangkan responden yang tinggal di pedesaan juga cenderung menggunakan metode kontrasepsi hormonal 9434 responden (41,5%).




Hubungan Pengetahuan Responden dengan Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Tabel 8. Hubungan  Antara Pengetahuan Responden dengan Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Pengetahuan
Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Total
P
Tidak Menggunakan
Hormonal
Non Hormonal
n
%
n
%
n
%
n
%
Tahu
24736
55,7
16673
37,5
3009
6,8
44418
100
0,0001
Tidak tahu
1189
100
0
0
0
0
1189
100





Dalam tabel 8 dijelaskan bahwa tentang hubungan antara pengetahuan responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan. Hasil penelitian menurut pengetahuan responden lebih cenderung menggunakan metode kontrasepsi jenis hormonal dengan jumlah 16.673 responden (37,5%). Hasil analisis hubungan antara pengetahuan responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan melalui uji chi-square yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden dengan metode kontrasepsi yang digunakan.





PEMBAHASAN
Gambaran Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil distribusi Umur responden didapatkan rentang umur responden di antara umur 15–49 tahun. Menurut dewi dan notobroto (2014), umur merupakan faktor intrinsik dalam penggunaan kontrasepsi. Umur terkait dengan struktur organ, fungsi organ, komposisi biokimiawi dan system hormonal, yang akan berpengaruh terhadap jenis kontrasepsi yang akan digunakan. Dijelaskan pada penelitian Hartanto (2013), penggunaan kontrasepsi pada rentang usia tersebut berada pada fase menjarangkan dan mengakhiri kesuburan.
Rentang usia untuk menjarangkan kehamilan berada pada usia 20–35 tahun dan fase mengakhiri kesuburan berada pada usia>35 tahun. Umur terbanyak responden yakni 20 - 35 tahun. Umur 20 - 35 tahun merupakan waktu reproduktif sehingga dianjurkan untuk bereproduksi secara aktif. Sedangkan pada umur 20–35 tahun merupakan fase untuk menjarangkan kehamilan. Umur 20–35 tahun merupakan umur yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan. Cara KB yang cocok pada fase menjarangkan kehamilan dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang memiliki reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin.
Berdasarkan distribusi tingkat pendidikan, lebih banyak responden yang berpendidikan terakhir SMP yang tergolong pendidikan rendah. Pendidikan merupakan tingkat pendidikan yang formal dari suatu institusi yang mencakup tingkat SD atau sederajat, SMP atau sederajat, SMA atau sederajat dan akademi atau perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan mudah dalam menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya dan berwawasan luas (Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan yang didapatkan oleh seseorang tentang metode kontrasepsi berdampak pada pemilihan jenis alat kontrasepsi. Bagi sebagian akseptor dapat menerima risiko efek samping dari jenis kontrasepsi yang dipilih, tetapi bagi yang tidak bisa menerimanya akseptor akan memilih kontrasepsi lain. Pemakaian kontrasepsi dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan akseptor dalam memasang alat kontrasepsi IUD, kondom, maupun implant, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang rendah menyebabkan jumlah pemasangan alat kontrasepsi masih sedikit.
Menurut penelitian Budi dan Riyanto (2013), bahwa pendidikan formal berpengaruh sangat besar terhadap pengetahuan seseorang, bila seseorang berpendidikan tinggi maka akan memiliki pengetahuan yang tinggi pula sebaliknya jika seseorang memiliki pendidikan rendah akan memiliki pengetahuan yang rendah sehingga akan memengaruhi dalam memahami sesuatu hal. Perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak pasti berpengetahuan rendah juga. Pengetahuan atau informasi dapat diperoleh bukan hanya secara formal tetapi juga informal. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan tidak lepas dari proses belajar. Belajar merupakan salah satu usaha menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup.
Hasil dari pendidikan diharapkan adanya perubahan kemampuan, pengetahuan dan perilaku. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan pengetahuan, sikap atau keterampilan. Dengan memiliki kesempatan yang luas untuk mengikuti pendidikan dapat menyebabkan penundaan umur perkawinan seseorang. Seseorang akan bertambah pengetahuannya karena tradisi serta adat istiadat yang sering dilakukan seseorang melalui penalaran tentang baik atau buruk untuk mereka.
Selain itu, tempat tinggal seseorang seperti perkotaan mempengaruhi tersedianya fasilitas yang menunjang untuk mendapatkan informasi tentang penggunaan kontrasepsi sehingga mempengaruhi pengetahuan seseorang. Kemudahan mengakses informasi jika tinggal didaerah perkotaan membuat responden mudah juga untuk mendapatkan informasi yang di inginkan. Serta berkemungkinan dengan kemudahan mengakses informasi dan mengetahui dampak yang ditimbulkan membuat seseorang enggan menggunakan kontrasepsi.

Gambaran Metode dan Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi
Metode kontrasepsi dalam penelitian ini di bagi menjadi 2 kategori yakni kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non hormonal. Dari hasil penelitian sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi hormonal 16.673 (36,6%). Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi dengan cara mencegah indung telur untuk melepaskan sel telur, membuat sperma sukar untuk bertemu sel telur, menjaga agar dinding Rahim tidak bisa menjadi lahan kehamilan. Menggunakan kontrasepsi hormonal seperti suntik, pil, injeksi, implant, dan metode modern lainnya pada fase menjarangkan kehamilan adalah cara yang paling efektif.
Menurut Hartanto (2013), rentang usia menjarangkan kehamilan berada pada usia 20–35 tahun yang merupakan umur yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan sekaligus untuk menjarangkan kehamilan. Di samping jika pasangan akseptor tidak menginginkan untuk mempunyai anak kembali, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah tubektomi. Menggunakan kontrasepsi jenis pil oral pada  ibu usia 20 – 35 tahun pilihan yang baik karena kemungkinan timbul efek samping rendah dan  memiliki reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin.
Menurut Notoatmodjo (2003) salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku adalah media informasi, dimana informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian oleh jato et al (1999) bahwa beberapa paparan media (radio, logo, koran, poster, leaflet, dan televise) mampu mempengaruhi wanita untuk menggunakan alat kontrasepsi. Berarti paparan media informasi dapat berpengaruh terhadap perubahan ataupun peningkatan pengetahuan mengenai pemilihan jenis alat kontrasepsi oleh WUS. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa semakin tinggi paparan media informasi semakin rendah seseorang menggunakan jenis alat kontrasepsi dimana sesuai dengan hasil analisis tabulasi silang antara paparan media dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Penelitian tentang semakin rendah kondisi sosial-ekonomi keluarga mempengaruhi seseorang dalam memilih metode kontrasepsi yang digunakan (Baksu, 2005).

Hubungan Pengetahuan Responden dengan Metode Kontrasepsi yang Digunakan
Berdasarkan hasil analisis distribusi frekuensi metode kontrasepsi, didapatkan hasil bahwa responden terbanyak menggunakan kontrasepsi hormonal dengan jenis pil, suntik, implant, injeksi, dan metode modern lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Penelitian serupa juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan keputusan ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi dengan p-value 0,012 (Enok Nurliawati, 2015).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan WUS untuk memilih jenis kontrasepsi yang cocok dengan keadaan mereka. Variabel pendidikan juga ikut berperan terhadap hubungan pemberian informasi dengan pemilihan metode/alat kontrasepsi. Hal tersebut sesuai dengan Hartanto (2003) yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan penggunaan alat kontrasepsi adalah pengetahuan, dan menurut Notoatmodjo (2013) pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Menurut Yulizawati (2012) tidak ada pengaruh antara pendidikan responden dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar , semakin tinggi pendidikan sesorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingginya tingkat pendidikan seseorang bukan berarti orang tersebut mau menerapkan informasi yang didapat.
Jika dilihat dari metode kontrasepsi yang digunakan oleh responden, sebagian responden yang memiliki pengetahuan cenderung menggunakan kontrasepsi dengan metode hormonal (37,5%) . Sementara responden yang tidak memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi cenderung memilih untuk tidak menggunakan kontrasepsi (100%). Kontrasepsi hormonal adalah KB yang paling banyak dipakai oleh akseptor. Kontrasepsi hormonal memiliki beberapa efek samping yaitu rasa mual, sakit kepala, nyeri pada mammae, fluor albus, kenaikan berat badan, hipomenore, pada pengguna kontrasepsi pil. Sedangkan pada pemakaian kontrasepsi suntik sering menimbulkan pendarahan yang tidak teratur (spotting) dan amenorea (Winkjosastro, 2007)
Jenis kontrasepsi hormonal terdiri dari pil, suntik, dan implant. Pil merupakan metode kontrasepsi wanita yang berada di dalam strip dengan berbentuk tablet atau pil. Kandungan hormone dalam kontrasepsi pil terdapat 2 macam yaitu berisi dari gabungan hormon estrogen dan progesterone atau hanya terdiri dari hormon progesterone saja. Pil yang mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik disebut pil kombinasi sedangkan yang mengandung progesterone saja disebut mini pil progestin (Everett,2007).
Efek samping yang sering terjadi akibat penggunaan pil KB antara lain terjadinya spotting (bercak-bercak darah) yang terjadi di antara masa haid pada bulan-bulan pertama pemakaian. Karena terjadi ketidakseimbangan hormon pemakaian estrogen dosis rendah sehingga endometrium mengalami degenerasi. Selain itu akseptor juga mengalami haid tidak teratur, berkurangnya darah haid dan berkurangnya dismenore. Keuntungan dari pemakaian pil kombinasi antara lain banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), siklus haid teratur, dan tidak terjadi nyeri pada saat haid..
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang memiliki waktu kerja panjang (lama), tidak perlu dipakai setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversible (Hartanto, 2013). Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, yang penggunaannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat. Suntik KB terdiri dari jenis depo provera yang digunakan setiap 3 bulan, norigest digunakan setiap 10 minggu, dan cycloferm digunakan setiap bulan. Menurut Everett (2007) menyatakan bahwa kontrasepsi suntik dapat menyebabkan lendir servik mengental sehingga menghentikan daya tembus sperma, serta mengubah endometrium menjadi tidak cocok untuk implantasi dan mengurangi fungsi tuba falopi. Fungsi utama kontrasepsi suntik untuk mencegah kehamilan dengan menekan ovulasi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis data dapat disimpulkan bahwa dari variabel bebas dalam penelitian ini memiliki hubungan dengan variabel terikat. Pengetahuan wanita usia subur (WUS) memiliki hubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan.

Saran
Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan informasi dari petugas kesehatan pada akseptor KB tentang keluhan-keluhan yang dapat ditimbulkan akibat menggunakan kontrasepsi. Selain itu tenaga kesehatan perlu memberikan saran tentang bagaimana tindakan yang dapat mengatasi keluhan-keluhan yang terjadi pada responden.

DAFTAR PUSTAKA
Arliana, W. O. D., Sarake, M., & Seweng, A. (2012). Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor Kb Di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara, 1–12.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Kemenkes RI.
Baksu A, Gunes G, Aki G, Tuysuz F, Goker N. (2005). Change In Contraceptive Choices and the Effect of Education on Use of Contraception at the Family Planning Clinic Sisli Etfal Training and Research Hospital Istanbul Turkey. European Journal of Contraception and Reproductive Health Care. 2005;10(2): 98-104.
Di, R., Tengah, J., Terhadap, I., Suryoputro, A., Ford, N. J., & Shaluhiyah, Z. (2006). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi, 10(1), 29–40.
Everett, S. (2007). Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. 2nd ed. Jakarta : EGC.
Handayani, S. K. S. E. S. S. R. (2010). Hubungan konseling keluarga berencana (KB) dengan pengambilan keputusan pasangan usia subur (PUS) dalam penggunaan alat kontrasepsi. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 1(1), 37–47.
Hariyani, P., Dewi, C., Notobroto, B., & Biostatistika, D. (n.d.). Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur 66–72.
Hartanto. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta : Pusaka Sinar Harapan.
Ikhsan, M., Kkb, B. B., Politeknik, J., & Madani, P. (2013). Faktor yang Berhubungan dengan Metode Kontrasepsi Suntik di Kelurahan Mattoangin Mariso Kota Makassar Tahun 2013.
Kesehatan, P., & Perilaku, I. (1994). Pengetahuan dan Sikap Pemakaian Kontrasepsi pada Remaja Putri “ Gaul ” di Parkir Timur Senayan , Jakarta, 91–96.
Kontrasepsi, A. (2015). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume 13 Nomor 1 Februari 2015, 13, 191–195.
Manurung, S. (2013). Model Pengambilan Keputusan Meningkatkan Akseptor Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(11), 483–488.
Marlika, A., Putri, L., Simanjuntak, M., & Risk, P. (2013). Persepsi Risiko Dan Niat Penggunaan Alat Kontrasepsi, 6(3), 199–205.
Medika, E. (2016). Gambaran Tingkat Pengetahuan Penggunaan Alat Kontrasepsi Wanita Usia Subur dan Dukungan Petugas di Desa Bebandem Kabupaten Karangasem Tahun 2014, 5(4), 1–12.
Method, R. B. (n.d.). Hubungan antara metode dan lama pemakaian dengan keluhan kesehatan subyektif pada akseptor, (December 2016), 164–175. https://doi.org/10.20473/jbe.v4i2.2016.164
Mulyaningsih, S., & Sariyati, S. (2014). Analsis Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Tentang Alat Kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I Tahun 2014 Contraception Devices In Sedayu I Community Health Center 2014, (April), 71–75.
Najib. (2011). Pengetahuan Klien dan Kualitas Pelayanan sebagai Dasar Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 6(3), 111–116. Retrieved from http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/101/102.
Notoatmodjo. (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineke Cipta.
Nurliawati, Enok. (2015). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang  Alat Kontrasepsi dengan Keputusan Ibu dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Ibu Post Partum di Ruang 7 RSUD DR. Soekardjo Tasimalaya, Jurnal Kesehatan Bakti Husada, (Februari), 191-195.
Pakasi, D. T., Kartikawati, R., Kajian, P., Ilmu, F., Politik, I., & Indonesia, U. (2013). Antara Kebutuhan dan Tabu : Pendidikan Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja di SMA, 17(2), 79–87. https://doi.org/10.7454/msk.v17i2.xxxx
Pascasarjana, P., & Udayana, U. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di kecamatan aikmel kabupaten lombok timur.
Pastuti, R., & Wilopo, S. A. (2007). Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Iud Di Indonesia Analisis Data SDKI 2002-2003, 23(2), 71–80.
Permatasari, N. E., Wati, D. M., & Ramani, A. (2013). Determinan Penghentian Penggunaan IUD di Indonesia ( Determinants of IUD Discontinuation in Indonesia ).
Subiyatun, S. (2011). Hubungan antara Pemberian Informasi dengan Pemilihan Metode atau Alat Kontrasepsi Rasional ( Kajian Data Proyek SM-PFA di Jawa Tengah dan Jawa Timur Tahun 2002 ), 27(2), 101–107.
Suseno, M. R., Akademi, D., Dharma, K., & Kediri, H. (2011). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kebutuhan Keluarga Berencana yang Tidak Terpenuhi ( Unmet Need for Family Planning ) di Kota Kediri ( Suatu Studi Kuantitatif dan Kualitatif ), 2(1).
Trisnawarman, D., & Erlysa, W. (2007). Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Metode / Alat Kontrasepsi. Gematika Jurnal Manajemen Informatika, 9(1), 53–62.
Wiknjosastro, Hanifa. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


































Tidak ada komentar:

Posting Komentar